Renungan
Natal Merah-Putih 2013
Tema: BERMIMPI DAN BERMISI DALAM NATAL 2013
Berbasis Merah-Putih (Baca: Keberanian dan Kesucian)
Beberapa Jam yang berlalu, saya telah menyampaikan
renungan Natal Merah-Putih. Istilah merah-putih merupakan inspirasi penyair
lagu kebangsaan Indonesia, salah satu lagu kebangsaan Indonesia yakni “Merah-Putih”.
Syairnya sbb:
“Lihat bendera kita merah-putih, berkibar di angkasa
riang gembira
Merah berarti BERANI, Putih Nan Suci atau Putih berari
SUCI
Itulah sifat kita, Indonesia”
Kata yang menginspirasi saya adalah “Itulah
Sifat kita Indonesia”. Sifat INDONESIA adalah MERAH (Berani) dan PUTIH
(Suci/Kudus/agamais). Dari lagu ini menginspirasi saya untuk bicara tentang
MERAH-PUTIH dalam hubungannya dengan NATAL. Itulah sebabnya saya member judul
renungan NATAL MERAH-PUTIH, atau NATAL bersifat Indonesia (Natal Berkarakter
Indonesia). Maaf karakter yang saya maksudkan adalah KARAKTER INDONESIA Dalam
semangat syair lagu di atas. Ya kita sama tahu kondisi keterpurukan, tetapi
sudah saatnya kembali pada semangat merah-putih, yaitu berani yang dilindungi
kesucian, kesucian yang disemangati oleh keberanian yang berbasis pada
spiritualitas keagamaan yang kita anut.
Baiklah kini saya mulai dengan sebuah tema
renungan tentang Bermimpi dan Bermisi dalam Natal 2013 Berbasis Merah Putih.
Tema ini jangan salah ditafsirkan, khususnya pada kata “bermisi”. Seakan-akan
ada usaha Kristenisasi. Tidak ada maksud itu. Masuk sorga bukan soal
Kristenisasi, menjadikan sebanyak-banyaknya orang lain menjadi Kristen. Orang
menjadi Kristen karena “mengalami panggilan Tuhan” untuk percaya kepada Yesus
Kristus. Bagian ini sesuatu yang sangat esensial. Tidak ada yang dapat
melarang, jika seseorang dipanggil Tuhan untuk percaya kepada Yesus Kristus. Cepat
atau lambat, orang yang telah ditentukan Tuhan untuk selamat, pastilah akan
percaya pada Yesus Kristus. Jadi bukan soal Kristenisasi atau bukan
Kristenisasi. Realitas teks kita suci memaparkan bahwa ada Sorga dan Neraka. Jadi
orang percaya kepada TUHAN itu sesuai kehendak-Nya. TUHAN tidak dapat dipaksa.
Ya ini penegasan di sekitar istilah “misi” yang dipakai dalam renungan ini.
Kini saya masuk dalam pembahasan tentang
mimpi dan misi Natal 2013 berbasis MERAH-PUTIH.
Saya memulai dengan kesaksian dalam teks
Kitab Suci yaitu Alkitab.
Dalam Alkitab, kita menemukan realitas orang-orang
yang bermimpi. Ada mimpi, seperti mimpi Yakob di Betel, “Maka bermimpilah ia [Yakub]:
“di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, … (Kej.
28:12-15),
Isi mimpi Yakub yaitu bahwa Tuahn akan member
tanah tempat Yakub berbaring akan menjadi miliknya dan keturunannya, keturunan Yakub akan bertambah banyak, Yakub akan
mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, Yakub dan keturunannya
akan menjadi berkat bagi seluruh kaum di bumi.
Pemenuhan mimpi Yakub dilakukan melalui Misi
(Baca: Tahapan kehidupan Yakub) dalam mencapai apa yang dimimpikan di Betel.
Artinya mimpi di Betel (nama tempat lihat Kej. 28:19) memerlukan waktu untuk
mencapai mimpi tersebut. Memang dalam mimpi Yakub, Tuhanlah yang berbicara
kepadanya. Akan tetapi proses pemenuhan mimpi membutuhkan waktu dan sejumlah aktivitas
Yakub yang harus dilaluinya. Misalnya Yakub di rumah Laban (Kej. 29;1-29). Ini
salah satu misi Yakub dalam mencapai mimpi itu. Dengan kata lain, Yakub sedang
menjalankan atau memenuhi mimpi itu. Dalam Kej. 29:31-36 dideskripsikan tentang
keturunan Yakub, selanjutnya Yakub memperoleh ternak (Kej. 30;25-43), Yakub
meninggalkan ketergantungan pada Laban (Kej. 31) dan proses selanjutnya
sebagaimana dalam narasi penulis kitab Kejadian sampai pada perubahan nama
Yakub menjadi Israel (Kej. 32:28), Israel yang diartikan “pemenang” (Kej.
32:28) yang kemudian menjadi suatu bangsa yang disebut bangsa pilihan.
Pokok renungan bagi kita adalah mimpi dan
misi merupakan dua hal yang saling menopang, mimpi saja tidak cukup, mimpi
harus direalisasikan dalam sejumlah kegiatan yang kita sebut misi. Ketika misi
untuk mencapai mimpi (visi) itu dilakukan, maka kita mesti ingat bahwa selalu
ada proses, bukan sesuatu yang instan, cepat jadi. Tuhan memimpin kita mencapai
mimpi-mimpi melalui proses, sering kali prose situ menyakitkan tetapi juga
menyenangkan. Dalam menjalani misi ada keberanian, seperti Yakub berani
melawan/bergumul dan menjadi pemenang, tetapi Yakub juga menjaga kesucian atau
kekudusan karena TUHAN.
Dalam merayakan Natal 2013, sebagai orang
Indonesia, kita tidak punya betel seperti betelnya Yakub. Artinya secara tempat
perjumpaan dengan Tuhan, kita berbeda dengan Yakub. Yakub punya budaya lain,
termasuk budaya kebangsaan. Kita memiliki Budaya, bendera MERAH-PUTIH yang memberi
makna filosofis yaitu kita mesti berani supaya menjadi pemenang sama seperti
Yakub, tetapi kita mesti memelihara kesucian atau kekudusan karena bangsa kita
dikenal sebagai bangsa religious. Berani dalam renungan ini bukan berani
anarkis tetapi berani yang terpuji sebagaimana yang dinasehatkan dalam Alkitab,
dan juga karakter-karakter luhur dari Indonesia yang mencintai kedamaian. Lihat
semangat undang-undang Dasar 45.
Mimpi Yusuf: (Kej. 37:5-7,9)Mimpi juru minum
dan juru roti (Kej. 40:5) yaitu: Pohon anggur di depanku yang bercarang tiga
yang cepat bertunas dan berbunga serta bertandan buah anggur yang ranum …
Mereka ditolong oleh Yusuf dan Yusuf berpesan kepada Juru minum supaya bila
juru minum telah dikembalikan pada jabatan yang semula maka Yusup berpesan agar
menolong Yusuf tetapi setelah juru minum dikembalikan pada jabatannya, Juru
minum itu tidak mengingat lagi Yusuf, juru minum itu mala melupakan Yusuf (Kej. 40:23)
Pembaca dapat membaca narasi yang sangat
mengharukan dalam Kej. 40:1-23. Ya karakter juru minum adalah karakter yang
sudah mewabah di seluruh dunia. Yang ditolong tidak pernah ingat lagi bahkan
melupakan yang menolongnya. Bagi mereka yang mengalami hal yang sama, yaitu
pernah menolong orang lain tetapi orang yang ditolongnya melupakan. Maka ingat,
Narasi dalam Kejadian 40:23 “Tetapi Yusup tidaklah diingat oleh kepala juru
minuman itu, melainkan dilupakannya.” Tidak berhenti pada tokoh “Juru Minum”,
seakan-akan harapan Yusuf untuk ditolong menjadi sirnah karena juru minum itu
telah melupakannya. Dalam narasi kejadian 41, penulis kitab kejadian
menampilkan tokoh yang lebih berpengaruh dari juru minum yaitu “Firaun”. Apa
yang dilakukan Yusuf, yaitu menafsirkan mimpi juru minum dan juru roti rupanya
berpengaruh sampai pada Firaun. Itulah sebabnya Firaun setelah gagal ditolong
oleh penafsir-penafsir mimpi yang tidak berhasil menafsir mimpi sang raja,
kemudian Firaun memanggil Yusuf untuk menafsirkan mimpi Firaun. Ternyata Tuhan
membawa Yusuf pada level yang lebih tinggi, kini Yusuf memiliki peluang yang
besar yang disediakan oleh TUHAN yang disembahnya. Yusuf mengartikan mimpi
Firaun secara tepat. Hal yang menarik adalah Yusuf tetap mengutamakan Tuhan di
atas segala kemampuan Yusuf dalam kegiatan menafsir mimpi (baca Kej. 41:16),
Yusuf berkata: bukan sekali-kali aku, melainkan Allah … suatu kerendahan hati
dan juga keberanian mengaku Tuhan didepan Firaun. Kemampuan menafsir mimpi
Firaun menjadi peluang Yusuf mencapai mimpi pada waktu Yusuf bersama orangtua
dan saudara-saudaranya. Suadara-saudaranya menghina Yusuf atas mimpinya, bahkan
orangtuanya juga menegurnya karena mimpi Yusuf dinilai kurang wajar. Akan
tetapi mimpi Yusuf menjadi terealisasi dalam misi-misi yang Yusuf jalani.
Termasuk proses di penjara.
Renungan atas mimpi dan misi Yusuf menegaskan
kepada kita bahwa bila mimpi itu berasal dari Tuhan maka mimpi itu pasti
digenapinya. Dalam menggenapi mimpi (visi) itu, ada kesediaan menjalankan misi.
Kadang misi itu dilalui dengan proses yang menyakitkan, dibenci, masuk penjara,
dilupakan orang dan lain sebagainya. Tetapi mari kita belajar dari mimpi dan
misi Yusuf yang tetap setia, akhirnya mencapai mimpi itu. Jika ada yang pernah
kita tolong dan melupakan kita, jangan sakit hati, Tuhan akan menggerakan orang
yang lebih lagi untuk membantu kita dalam menggenapi mimpi (visi) kita.
Keberanian dan kesucian memang mesti kita pupuk dalam diri kita.
Terakhir, kita mengarahkan pikiran kita pada
mimpi Yusuf (Mat. 1:20), kepada Yusuf, malaikat TUHAN itu berkata kepada Yusuf:
“Jangan engkau takut …” anak yang dikandung itu dari Roh Kudus. Malaikan Tuhan memberi
semangat keberanian kepada Yusuf untuk
menerima Natal itu. Keberanian dan kekudusan mewarnai Natal. Kepada orang-orang
majus, mereka mengalami mimpi dan misi Natal itu (Mat. 2:12). Mereka telah dating
berjumpa dengan Natal dan dalam misinya kembali ke tempat asal, mereka juga
dituntun Tuhan melalui misi yang sehat. Pulang ke negeri mereka melalui jalan
lain. Selalu ada jalan keluar. Jadi dalam memenuhi atau mewujudkan mimpi selalu
ada jalan keluar (Mat. 2:12). Jika jalan-jalan lain tertutup untuk kita dalam
mewujudkan mimpi (visi) maka jangan putus asa, masih ada jalan lain yang dapat
dipakai Tuhan untuk menolong kita.
Akhirnya, Pdt. Dr. Yonas Muanley, M.Th. Sekeluarga mengucapkan Selamat bermimpi dan bermisi dalam
Natal 2013 berbasis Merah Putih