Saturday, December 14, 2013

Renungan Natal Merah Putih 2013



Renungan Natal Merah-Putih 2013

Tema: BERMIMPI DAN BERMISI DALAM NATAL 2013 Berbasis Merah-Putih (Baca: Keberanian dan Kesucian)

Beberapa Jam yang berlalu, saya telah menyampaikan renungan Natal Merah-Putih. Istilah merah-putih merupakan inspirasi penyair lagu kebangsaan Indonesia, salah satu lagu kebangsaan Indonesia yakni “Merah-Putih”. Syairnya sbb:
“Lihat bendera kita merah-putih, berkibar di angkasa riang gembira
Merah berarti BERANI, Putih Nan Suci atau Putih berari SUCI
Itulah sifat kita, Indonesia”
Kata yang menginspirasi saya adalah “Itulah Sifat kita Indonesia”. Sifat INDONESIA adalah MERAH (Berani) dan PUTIH (Suci/Kudus/agamais). Dari lagu ini menginspirasi saya untuk bicara tentang MERAH-PUTIH dalam hubungannya dengan NATAL. Itulah sebabnya saya member judul renungan NATAL MERAH-PUTIH, atau NATAL bersifat Indonesia (Natal Berkarakter Indonesia). Maaf karakter yang saya maksudkan adalah KARAKTER INDONESIA Dalam semangat syair lagu di atas. Ya kita sama tahu kondisi keterpurukan, tetapi sudah saatnya kembali pada semangat merah-putih, yaitu berani yang dilindungi kesucian, kesucian yang disemangati oleh keberanian yang berbasis pada spiritualitas keagamaan yang kita anut.
Baiklah kini saya mulai dengan sebuah tema renungan tentang Bermimpi dan Bermisi dalam Natal 2013 Berbasis Merah Putih. Tema ini jangan salah ditafsirkan, khususnya pada kata “bermisi”. Seakan-akan ada usaha Kristenisasi. Tidak ada maksud itu. Masuk sorga bukan soal Kristenisasi, menjadikan sebanyak-banyaknya orang lain menjadi Kristen. Orang menjadi Kristen karena “mengalami panggilan Tuhan” untuk percaya kepada Yesus Kristus. Bagian ini sesuatu yang sangat esensial. Tidak ada yang dapat melarang, jika seseorang dipanggil Tuhan untuk percaya kepada Yesus Kristus. Cepat atau lambat, orang yang telah ditentukan Tuhan untuk selamat, pastilah akan percaya pada Yesus Kristus. Jadi bukan soal Kristenisasi atau bukan Kristenisasi. Realitas teks kita suci memaparkan bahwa ada Sorga dan Neraka. Jadi orang percaya kepada TUHAN itu sesuai kehendak-Nya. TUHAN tidak dapat dipaksa. Ya ini penegasan di sekitar istilah “misi” yang dipakai dalam renungan ini.
Kini saya masuk dalam pembahasan tentang mimpi dan misi Natal 2013 berbasis MERAH-PUTIH.
Saya memulai dengan kesaksian dalam teks Kitab Suci yaitu Alkitab.
Dalam Alkitab, kita menemukan realitas orang-orang yang bermimpi. Ada mimpi, seperti mimpi Yakob di Betel, “Maka bermimpilah ia [Yakub]: “di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, … (Kej. 28:12-15),

Isi mimpi Yakub yaitu bahwa Tuahn akan member tanah tempat Yakub berbaring akan menjadi miliknya dan keturunannya,  keturunan Yakub akan bertambah banyak, Yakub akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, Yakub dan keturunannya akan menjadi berkat bagi seluruh kaum di bumi.
Pemenuhan mimpi Yakub dilakukan melalui Misi (Baca: Tahapan kehidupan Yakub) dalam mencapai apa yang dimimpikan di Betel. Artinya mimpi di Betel (nama tempat lihat Kej. 28:19) memerlukan waktu untuk mencapai mimpi tersebut. Memang dalam mimpi Yakub, Tuhanlah yang berbicara kepadanya. Akan tetapi proses pemenuhan mimpi membutuhkan waktu dan sejumlah aktivitas Yakub yang harus dilaluinya. Misalnya Yakub di rumah Laban (Kej. 29;1-29). Ini salah satu misi Yakub dalam mencapai mimpi itu. Dengan kata lain, Yakub sedang menjalankan atau memenuhi mimpi itu. Dalam Kej. 29:31-36 dideskripsikan tentang keturunan Yakub, selanjutnya Yakub memperoleh ternak (Kej. 30;25-43), Yakub meninggalkan ketergantungan pada Laban (Kej. 31) dan proses selanjutnya sebagaimana dalam narasi penulis kitab Kejadian sampai pada perubahan nama Yakub menjadi Israel (Kej. 32:28), Israel yang diartikan “pemenang” (Kej. 32:28) yang kemudian menjadi suatu bangsa yang disebut bangsa pilihan.
Pokok renungan bagi kita adalah mimpi dan misi merupakan dua hal yang saling menopang, mimpi saja tidak cukup, mimpi harus direalisasikan dalam sejumlah kegiatan yang kita sebut misi. Ketika misi untuk mencapai mimpi (visi) itu dilakukan, maka kita mesti ingat bahwa selalu ada proses, bukan sesuatu yang instan, cepat jadi. Tuhan memimpin kita mencapai mimpi-mimpi melalui proses, sering kali prose situ menyakitkan tetapi juga menyenangkan. Dalam menjalani misi ada keberanian, seperti Yakub berani melawan/bergumul dan menjadi pemenang, tetapi Yakub juga menjaga kesucian atau kekudusan karena TUHAN.
Dalam merayakan Natal 2013, sebagai orang Indonesia, kita tidak punya betel seperti betelnya Yakub. Artinya secara tempat perjumpaan dengan Tuhan, kita berbeda dengan Yakub. Yakub punya budaya lain, termasuk budaya kebangsaan. Kita memiliki Budaya, bendera MERAH-PUTIH yang memberi makna filosofis yaitu kita mesti berani supaya menjadi pemenang sama seperti Yakub, tetapi kita mesti memelihara kesucian atau kekudusan karena bangsa kita dikenal sebagai bangsa religious. Berani dalam renungan ini bukan berani anarkis tetapi berani yang terpuji sebagaimana yang dinasehatkan dalam Alkitab, dan juga karakter-karakter luhur dari Indonesia yang mencintai kedamaian. Lihat semangat undang-undang Dasar 45.
Mimpi Yusuf: (Kej. 37:5-7,9)Mimpi juru minum dan juru roti (Kej. 40:5) yaitu: Pohon anggur di depanku yang bercarang tiga yang cepat bertunas dan berbunga serta bertandan buah anggur yang ranum … Mereka ditolong oleh Yusuf dan Yusuf berpesan kepada Juru minum supaya bila juru minum telah dikembalikan pada jabatan yang semula maka Yusup berpesan agar menolong Yusuf tetapi setelah juru minum dikembalikan pada jabatannya, Juru minum itu tidak mengingat lagi Yusuf, juru minum itu mala  melupakan Yusuf (Kej. 40:23)
Pembaca dapat membaca narasi yang sangat mengharukan dalam Kej. 40:1-23. Ya karakter juru minum adalah karakter yang sudah mewabah di seluruh dunia. Yang ditolong tidak pernah ingat lagi bahkan melupakan yang menolongnya. Bagi mereka yang mengalami hal yang sama, yaitu pernah menolong orang lain tetapi orang yang ditolongnya melupakan. Maka ingat, Narasi dalam Kejadian 40:23 “Tetapi Yusup tidaklah diingat oleh kepala juru minuman itu, melainkan dilupakannya.” Tidak berhenti pada tokoh “Juru Minum”, seakan-akan harapan Yusuf untuk ditolong menjadi sirnah karena juru minum itu telah melupakannya. Dalam narasi kejadian 41, penulis kitab kejadian menampilkan tokoh yang lebih berpengaruh dari juru minum yaitu “Firaun”. Apa yang dilakukan Yusuf, yaitu menafsirkan mimpi juru minum dan juru roti rupanya berpengaruh sampai pada Firaun. Itulah sebabnya Firaun setelah gagal ditolong oleh penafsir-penafsir mimpi yang tidak berhasil menafsir mimpi sang raja, kemudian Firaun memanggil Yusuf untuk menafsirkan mimpi Firaun. Ternyata Tuhan membawa Yusuf pada level yang lebih tinggi, kini Yusuf memiliki peluang yang besar yang disediakan oleh TUHAN yang disembahnya. Yusuf mengartikan mimpi Firaun secara tepat. Hal yang menarik adalah Yusuf tetap mengutamakan Tuhan di atas segala kemampuan Yusuf dalam kegiatan menafsir mimpi (baca Kej. 41:16), Yusuf berkata: bukan sekali-kali aku, melainkan Allah … suatu kerendahan hati dan juga keberanian mengaku Tuhan didepan Firaun. Kemampuan menafsir mimpi Firaun menjadi peluang Yusuf mencapai mimpi pada waktu Yusuf bersama orangtua dan saudara-saudaranya. Suadara-saudaranya menghina Yusuf atas mimpinya, bahkan orangtuanya juga menegurnya karena mimpi Yusuf dinilai kurang wajar. Akan tetapi mimpi Yusuf menjadi terealisasi dalam misi-misi yang Yusuf jalani. Termasuk proses di penjara.
Renungan atas mimpi dan misi Yusuf menegaskan kepada kita bahwa bila mimpi itu berasal dari Tuhan maka mimpi itu pasti digenapinya. Dalam menggenapi mimpi (visi) itu, ada kesediaan menjalankan misi. Kadang misi itu dilalui dengan proses yang menyakitkan, dibenci, masuk penjara, dilupakan orang dan lain sebagainya. Tetapi mari kita belajar dari mimpi dan misi Yusuf yang tetap setia, akhirnya mencapai mimpi itu. Jika ada yang pernah kita tolong dan melupakan kita, jangan sakit hati, Tuhan akan menggerakan orang yang lebih lagi untuk membantu kita dalam menggenapi mimpi (visi) kita. Keberanian dan kesucian memang mesti kita pupuk dalam diri kita.
Terakhir, kita mengarahkan pikiran kita pada mimpi Yusuf (Mat. 1:20), kepada Yusuf, malaikat TUHAN itu berkata kepada Yusuf: “Jangan engkau takut …” anak yang dikandung itu dari Roh Kudus. Malaikan Tuhan memberi semangat keberanian kepada Yusuf  untuk menerima Natal itu. Keberanian dan kekudusan mewarnai Natal. Kepada orang-orang majus, mereka mengalami mimpi dan misi Natal itu (Mat. 2:12). Mereka telah dating berjumpa dengan Natal dan dalam misinya kembali ke tempat asal, mereka juga dituntun Tuhan melalui misi yang sehat. Pulang ke negeri mereka melalui jalan lain. Selalu ada jalan keluar. Jadi dalam memenuhi atau mewujudkan mimpi selalu ada jalan keluar (Mat. 2:12). Jika jalan-jalan lain tertutup untuk kita dalam mewujudkan mimpi (visi) maka jangan putus asa, masih ada jalan lain yang dapat dipakai Tuhan untuk menolong kita.

Akhirnya, Pdt. Dr. Yonas Muanley, M.Th. Sekeluarga mengucapkan Selamat bermimpi dan bermisi dalam Natal 2013 berbasis Merah Putih

Renungan Natal 2013



BerNatal  Merah-Putih
Kita pasti Merayakan Natal 2013 dalam suasana yang berbeda, ada yang merayakan Natal di gedung gereja yang serba mewah, ada pula di gedung gereja yang sederhana, ada pula di Ruko, rumah kontrakan yang dijadikan tempat berjumpa dengan Tuhan secara bersama. Kebetulan saya memilih Natal di tempat kontrakan, ada sebuah Gereja yang terdekat dengan tempat tinggal kami. Di sanalah, kami akan merayakan Natal tanggal 15 Desember 2013.
Saya tidak tahu persis saudara-saudara seiman di tempat-tempat lain di senatero Nusantara ini. Pemerintah memang menjamin keamanan dalam beribadah. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada yang tidak bebas dalam merayakan Natal 2013.
Kepada kita yang merayakan Natal, marilah kita merayakan Natal dalam “keberanian” (Natal Merah) dan “Kekudusan” (Natal Putih). Itulah natal kemanusiaan Indonesia. Kita teringat dengan lagu: Lihat bendera kita “merah-putih” … merah berarti berani, putih berarti suci/kudus. Kita dimerahkan (baca: diberanikan) karena penyertaan Tuhan, kita diputihkan karena penyertaan Tuhan.
“Marilah kita memiliki “keberanian dan kesucian” dalam merayakan Natal 2013.
Kami sekeluarga mengucapkan “Selamat Natal 25 Desember 2013” Kepada yang merayakan dan juga kepada sesame saudara di Indonesia yang menghargai komunitas yang merayakan Natal.